Powered By Blogger

Cari Blog Ini

Menjadi Pribadi yang "Asertif"

Kita bersikap asertif ketika kita mampu untuk berkata "tidak", mampu meminta pertolongan, mampu mengekspresikan perasaan positif dan negatif secara wajar, dan mampu berkomunikasi tentang hal-hal yang bersifat umum. Jadi, asertif adalah kemampuan mengekspresikan hak, pikiran, perasaan, dan kepercayaan secara langsung, jujur, terhormat, dan tidak mengganggu hak orang lain. Jadi, kita berani untuk secara jujur dan terbuka menyatakan kebutuhan, perasaan, dan pikiran dengan apa adanya tanpa menyakiti orang lain.

Sikap asertif itu perlu supaya kita lebih mengenal diri dan lebih jujur dalam membina hubungan. Dengan bersikap asertif, kita dapat belajar untuk lebih menghargai diri sendiri dan orang lain, mengekspresikan perasaan positif dan negatif, percaya diri, mau mendengarkan orang lain, mengembangkan kontrol diri, mengembangkan kemampuan untuk menolak tanpa merasa bersalah, dan berani meminta bantuan orang lain ketika membutuhkan. Wah, banyak banget ya keuntungan sikap asertif itu.

Kalau kita jujur kepada orang lain tentang diri kita sendiri, kita kan jadi tahu tentang diri kita sendiri. Kadang kan kita menahan apa yang ada dalam hati dan pikiran kita karena takut atau enggak enak hati. Karena perasaan dan pikiran yang kita tahan, perasaan atau pikiran itu kemudian mengendap. Jadi, enggak sadar deh kita sama perasaan atau pikiran kita sendiri. Atau, mungkin kita sadar dengan perasaan kita, tapi merasa enggak nyaman dengan perasaan kita itu. Kita jadi enggak terlalu kenal sama diri kita sendiri.

Lalu, bagaimana caranya untuk jadi asertif?

Jadi asertif itu cukup mudah. Sikap asertif terutama dibutuhkan ketika kita dan teman kita memiliki keinginan atau pikiran yang berbeda. Kita bersikap asertif ketika kita menyatakan perasaan dan masalah diri dengan menjelaskan bahwa tingkah laku dan masalah orang lain yang mengganggu dan merugikan diri kita, misalnya "saya merasa tertekan bila kamu memaksakan keinginanmu".

Ketika berkomunikasi dengan orang lain, nyatakanlah keinginan dan alasanmu dengan jelas, seperti "Aku tidak ingin kamu memaksa saya ikut bolos kuliahnya Pak Tampi karena saya tidak siap dengan risiko yang akan aku hadapi". Kemudian, tanyakanlah pendapat kawan bicara mengenai keinginan dan alasan kita itu.

Jika teman kita tetap merasa keberatan, sampaikanlah penolakan secara halus, seperti "maaf, aku tetap tidak mau membolos". Atau, bisa juga kita membuat kesepakatan dengan teman kita itu, seperti "nda usahmi kita bolos, klo kuliahnya dah kelar kita pergi nongkrong di boga hunting cewe-cewe".

Ketika kita bicara asertif, kita dituntut untuk tahu alasan-alasan mengapa kita menolak atau menerima ajakan teman. Jadi, kita tahu akibat dan sebab sesuatu yang akan kita lakukan. Dengan bersikap asertif, tidak serta-merta keinginan kita diterima orang lain. Namun, lewat sikap asertif, kita dapat belajar berpikir logis dan belajar memahami teman. (Kompas,04 Agustus 2006)

0 komentar: